BAHASA SIMALUNGUN DAN INKULTURASI KEBAKTIAN
E-mail dari Jerman:
Tadi malam kami diundang makan di Munich di rumah Dr.theol. Reinhard
Achenbach, mantan dosen STT HKBP yang sekarang dosen di Universitas Munich.
Kami diskusi juga tentang ide membuat buku pelajaran bahasa Simalungun. Katanya ada buku pelajaran bahasa Simalungun di VEM Wuppertal dan dia mau mencari copynya untuk kita. Ini bisa bahan untuk dikembangkan karena mungkin ini edisi tahun limapuluhan.
Satu usul beliau: agar sebanyak mungkin orang menulis cerita yang pernah didengarnya, dialaminya waktu anak-anak atau sesudah dewasa di desa tentang kehidupan orang Simalungun. Kumpulan tulisan ini dapat digunankan sebagai pedoman orang berbahasa Simalungun sekarang dan memperkaya literatur bahasa Simalungun.
Beliau juga menekankan pentingnya inkulturasi kebaktian, nyanyian dan kehidupan gerejawi. Dulu pernah diprakarsai Pdt Bonar Tobing di STT HKBP tapi dilarang Ephorus Pdt. PWT Simanjuntak waktu itu. Di Bavaria kami menonton konser Bauernmesse, suatu misa dengan lagu-lagu asli Bavaria yang merdu. Memang sudah ada inggou Simalungun di GKPS tapi nampaknya kurang dikembangkan. Waktu Jubileum 100 tahun Injil di Simalungun ada pengakuan dosa dengan melodi Tangis-Tangisni Simbandar. Ini mengapa tidak dikembangkan terus dalam bentuk kebaktian atau pertunjukan yang menarik untuk masyarakat yang dapat dinikmati misalnya menjelang Natal atau Paskah.
Pdt Achenbach, selain ahli Perjanjian Lama, juga memfokuskan diri dalam bahasa Ibrani (masih memberikan kursus bahasa Ibrani di Fak. Theologie) dan merencanakan membuat kamus Ibrani-Indonesia yang ahulu terkendala pembuatannya di Siantar karena persoalan internal HKBP di mana dia harus pulang ke Jerman sebelum termnya habis. Mungkin dia bisa kita minta bantuan juga untuk memberikan metodologi pengajaran bahasa. Menurut dia ahli filologi juga harus iikutsertakan agar tidak timpang nantinya.
Sekian kesan dari tempat nan jauh dari Jerman.
Selamat Hari Natal ma banta ganupan.
SP
0 Comments:
Post a Comment
<< Home